Kamis, 25 Juli 2013

Teori Kepemimpinan dari Sun Tzu


Dalam buku The Art of War terjemahan dari Lionel Giles, M.A, dikisahkan bahwa Sun Tzu lahir di negara bagian Ch‘i. Strategi berperangnya menarik perhatian Ho Lu, raja dari Wu. Ho Lu berkata padanya: “Aku telah membaca 13 bab tulisanmu dengan seksama. Bolehkah aku menguji teorimu tentang mengatur pasukan?”

Sun Tzu menjawab: “Boleh.”

Ho Lu bertanya lagi: “Bolehkah pengujian dilakukan pada para wanita?”


Lagi-lagi Sun Tzu menjawab dengan positif, sehingga kemudian diaturlah para wanita untuk keluar istana. Sun Tzu kemudian membaginya menjadi dua kelompok, dan menempatkan dua selir kesukaan sang raja untuk memimpin masing-masing kelompok. Ia kemudian memerintahkan mereka untuk memegang tombak, dan berkata: “Aku rasa kalian sudah tahu beda antara depan dan belakang, tangan kanan dan tangan kiri?”

Wanita-wanita itu menjawab: Ya.

Sun Tzu kemudian memerintahkan mereka untuk melaksanakan perintahnya, seperti ketika ia berkata “belok kiri,” maka mereka harus menghadap ke arah tangan kiri.

Mereka pun meng-iyakan perintah tersebut . Setelah perintah dijelaskan, Sun Tzu mempersiapkan senjata untuk memulai pengujian taktik perangnya. Kemudian, ia memerintahkan mereka “Belok kanan.” Tapi ternyata wanita-wanita itu hanya tertawa. Sun Tzu berkata: “Jika kata-kata dalam perintah tidak jelas, jika perintah tidak bisa benar-benar dimengerti, maka sang jenderal lah yang salah.”

Jadi ia mulai melatih mereka lagi, dan memerintah “Belok kiri.” , tapi ternyata mereka masih juga tertawa. Sun Tzu berkata: “Jika kata-kata dalam perintah tidak jelas, jika perintah tidak bisa benar-benar dimengerti, maka sang jenderal lah yang salah. Tapi jika perintahnya jelas, namun pasukan tidak patuh, maka ini salah pemimpin pasukan.”

Setelah itu, ia memerintah kedua pemimpin kelompok untuk dipenggal kepalanya. Ketika sang raja tahu selir kesukaannya akan dipenggal, ia kemudian memerintahkan Sun Tzu untuk tidak menjalankan hukuman tersebut.

Namun, Sun Tzu tidak menerima perintah sang raja. Kemudian, kepala kedua selir tersebut akhirnya dipenggal, dan mengganti mereka dengan selir yang lain. Setelah itu, pasukan yang ia pimpin melaksanakan semua perintahnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Kemudian Sun Tzu mengatakan pada raja bahwa pasukannya sudah patuh, dan akan melaksanakan semua perintah, apapun itu.

Tapi sang raja menjawab: “Biarkan sang jenderal menghentikan latihan dan kembali ke markas. Kami tak ingin memeriksa pasukan itu.”

Sun Tzu kemudian berkata: “Sang raja hanya suka berkata-kata, tapi tidak bisa melaksanakannya.”

Ho Lu kemudian justru melihat Sun Tzu sebagai orang yang tahu bagaimana cara menangani pasukan, dan akhirnya Sun Tzu diangkat menjadi jenderal.

Strategi berperang Sun Tzu tak hanya diterapkan dalam peperangan, namun juga banyak diterapkan dalam masalah bisnis. Sebagian pelajaran yang saya suka dari The Art of War adalah ini:

Ada lima kesalahan berbahaya bagi seorang jenderal (pemimpin):

1. Kecerobohan yang menjurus pada kehancuran
2. Sikap pengecut yang bisa membuatnya tertangkap
3. Sikap mudah marah yang bisa terpancing oleh penghinaan
4. Nikmatnya kehormatan yang peka terhadap hal yang memalukan (ingin dihormati secara berlebihan)
5. Terlalu cemas akan anak buah, sehingga membawa kekhawatiran dan masalah
5 Kesalahan Sifat dari Panglima Perang

Menurut Sun Tzu, ada 5 sifat kepribadian yang salah dari seorang Panglima Perang, di mana bila hal ini mengakut ada di diri seorang pemimpin, bisa menjadi penyebab kecelakakannya dan pasukannya dalam suatu pertempuran. Hancurnya sebuah angkatan perang dan tewasnya seorang Panglima harus diteliti secara seksama. 

Seorang Panglima harus menghindari 5 kesalahan sifat: 

1. Pemberani dan tak takut mati 
Panglima dengan sifat seperti ini biasanya nekat sampai melupakan perhitungan dalam sebuah peperangan. Ia dapat saja mati terbunuh atau dibunuh sehingga merugikan pasukannya. 

2. Penakut dan takut mati 
Panglima dengan sifat seperti ini biasanya selalu mencari perlindungan dan ia akan mudah tertawan dan ditawan sehingga pasukan kehilangan pegangan. 

3. Tergesa-gesa dan gampang naik darah 
Panglima dengan sifat seperti ini akan diserang kepribadiannya dengan cara diolok-olok sehingga ia cepat marah. 

4. Jujur dan teguh serta sangat menjaga nama baik 
Panglima dengan sifat seperti ini akan diserang kepribadiannya dengan cara dipermalukan. 

5. Bijaksana dan penuh kasih sayang 
Panglima dengan sifat seperti ini akan diserang kepribadiannya dengan cara diganggu dan diuji kasih sayang dan kebijaksanaannya. 

Kombinasi dari kelima karakter sifat itu akan membentuk kepemimpinan yang unggul. 


Raja dan Panglima Perang 

Menurut Sun Tzu, Perang adalah kegiatan tipu muslihat. Panglima yang akan memenangkan peperangan adalah panglima yang tekun menyusun dan menyiapkan siasat perang dengan cermat. Panglima perang adalah pengawal negara. Jika pengawal negara kuat maka negara kuat. Jika panglima lemah maka negara akan lemah. 

Namun seorang raja bisa menghancurkan negaranya sendiri apabila: 
  • Raja tidak mengetahui bahwa angkatan perangnya tidak boleh maju perang malah memerintahkannya untuk berperang. Siasat ini dinamakan raja membelenggu tentara sendiri. (Tentara diperbudak oleh raja semaunya).
  • Raja tidak tahu-menahu soal kemiliteran tetapi ikut campur dalam menangani hal-hal militer. Hal ini membuat panglima dan prajurit menjadi kebingungan. 
  • Raja tidak tahu-menahu soal memilih panglima perang, tetapi ia ikut campur dalam menentukan dan mengangkat seorang panglima perang sehingga tentara menjadi curiga. Jika tentara kebingungan dan penuh kecurigaan maka akan datang gangguan dari negara tetangga. Hal ini dinamakan raja menghancurkan angkatan perangnya sendiri.
 Sun Tzu adalah seorang panglima besar Tiongkok yang hidup lebih dari 500 tahun Sebelum Masehi. Sun Tzu menulis sebuah karya besar tentang strategi perang yang terdiri dari 13 bab. Konsep Sun Tzu yang paling popular adalah mengenal kekuatan dan kelemahan dirisendiri sekaligus mengetahui kekuatan dan kelemahan lawan; maka seratus kali berperang, seratus kali akan menang. Walaupun konsep Sun Tzu ini tentang strategi perang, namun jelas dapat diterima secara logika dan diaplikasikan ke dalam masing-masing; baik dalam bidang kepemimpinan, marketing, manajemen, maupun perkembangan diri; serta masih tetap relevan hingga saat 
ini.
Filosofi asli Sun Tzu yang paling efektif dan terpenting terdapat pada
 bab pertama yaitu pengusun rencana. Bab ini menjadi sangat penting karena menurut Sun Tzu, perang menyangkut hidup matinya seorang prajurit dan juga maju berkembangnya suatu bangsa dan Negara. Sun Tzu menambahkan sebelum perang dilakukan harus dipikirkan, dianalisa dari seala sudut secaramenyeluruh. Setelah membaca dan mempelajari filosofi Sun Tzu yang sangat terkenal tersebut, saya dapat menyarikan dan membagi filosofi Sun Tzu menjadi 
filosofi perkembangan diri ke dalam empat bagian sebagai suatu proses yang
 tidak dapat dipisahkan satu sama lain, yaitu: mengenal diri sendiri,memposisikan diri, mendobrak diri dan aktualisasi diri.
Pertama, MENGENAL DIRI. Jika kita ingin berkembang dan meraih
 kesuksesan, mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri mutlak diperlukan untuk dapat memulai pengembangan diri kita. Kalau kita sudah mengetahui kekuatan-kekuatan diri pribadi, kita baru bias berkembang.Tanpa mengetahui kekuatan diri sendiri, tidak mungkin kita bias maju.
Menurut konsep Sun Tzu, sebelum perang dilakukan ada lima hal penting
 yang harus diperhatikan, dianalisa secara detail untuk meraih kemenangan. Saat ini konsep Sun Tzu dapat pula digunakan untuk meraih suatu kesuksesan dalam berbagai aspek kehidupan. Lima hal yang harus diperhatikan tersebut menurut 
Sun Tzu adalah:
1. Tao (moralitas); dukungan moral merupakan sumber kekuatan. Selama masih
 
memiliki moralitas, maka kita akan meraih kesuksesan untuk meningkatkan
 
kualitas diri kita.
 Dengan melakukan hal-hal yang berhubungan dengan 
moralitas kita akan berkembang.
2. Thien (langit, cuaca, musim, gelap terang, timing dan peluang). Untuk
 
mengembangkan diri, kita harus menganalisa kekuatan dalam diri kita yang
 
cocok dengan bakat yang dimiliki. Akan menjadi luar biasa apabila kita
 
melakukan sesuatu sesuai dengan bakat yang dimiliki dan cocok dengan kondisi
 
kita saat ini.
3. Ti (geografi). Untuk dapat sukses, kita perlu menganalisis keadaan
 
geografi dan kondisi waktu yang cocok untuk mengembangkan diri.
4. Chiang (kepemimpinan); menyangkut wibawa dan charisma seorang pemimpin
 
yang bijak dan tegas. Sangat ditekankan untuk dapat bertindak bijak tetapi
 
tegas kepada diri sendiri. Hanya dengan memiliki jati diri, ketegasan,
 
kedisiplinan, tanggung jawab, kepercayaan diri dan keyakinan, kita dapat
 
sukses.

  • Ada lima factor penting yang harus dimiliki oleh pemimpin yang ingin maju:
    1. Kebijaksanaan, visi, wawasan, kepandaian dan ilmu pengetahuan. Jika
     kita ingin berkembang semua hal ini mutlak diperlukan. Untuk dapat mengembangkan diri, harus memiliki visi jauh ke depan yang didahului dengan proses belajar.
    2. Kepercayaan. Orang dapat dipercaya bukan karena memiliki kekayaan
     materi, tetapi karena memiliki kepribadian yang bias diterima dalam pergaulan. Kualitas kepercayaan diri, kepercayaan pada orang dan kepercayaan dalam pergaulan perlu dipelihara. Dengan kepercayaan dari masyarakat kita akan memiliki banyak koneksi yang memberikan kesempatan untuk meraih rejeki.
    3. Kebajikan. Dalam kehidupan kita harus mengandalkan kebajikan, bukan
     kekerasan. Hendaknya kita melihat kelemahan sebagai suatu proses untuk melihat, memahami dan mengagumi orang lain sehingga muncul wibawa kebesaran kita di atas orang lain.
    4. Keberanian. Keberanian untuk mencoba dan berusaha adalah semangat yang
     
    luar biasa. Orang yang mempunyai semangat keberanian akan dapat mengubah
     
    sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.
    5.
     Ketegasan. Kita hendaknya tegas terhadap diri sendiri. Jika kita keras 
    dan
     tegas pada diri sendiri, maka hidup akan lunak pada kita. Tanpa adanya 
    ketegasan dan focus yang akan dicapai, kita tidak akan berhasil dalam hidup.


  • 6. Fak (hukum); hokum organisasi. Hukum tentang kedisiplinan dan struktur 
    organisasi yang jelas.
     Kita harus bias mendisiplinkan diri setiap saat dalam 
    menjalankan hokum. Kalau hukum dapat berjalan dengan benar, maka kualitas
     
    yang ada dalam diri kita akan menyedot kekuatan yang ada di luar sehingga
     
    akan tercipta kekuatan yang luar biasa; kemajuan akan dicapai oleh mereka
     
    yang dapat mendisiplinkan diri sendiri.
    Apabila kita dapat memiliki jati diri dengan kualitas kepemimpinan tersebut,
     
    maka hidup akan menjadi cermelang, berkembang dan berhasil.
    Kedua, MEMPOSISIKAN DIRI. Setelah mengenal diri sendiri, maka kita
     
    harus
     dapat menentukan peranan dimana kita telah berada (loyalitas), memastikan target dengan jelas dan menguatkan tekd kita. Ada lima poin yang harus diperhatikan bagi orang yang memiliki tekad, yaitu: Kesadaran, Kebutuhan, Keputusan, Kesiapan, dan Perjuangan untuk sukses dan berkembang. Tanpa tekad yang kuat kemajuan tidak akan mungkin dicapai. Kita perlu berpikirstrategis dalam mengambil keputusan dan berpikir matang dengan kekuatan yang dimiliki baru kemudian bertindak. Untuk meraih kesuksesan, kita perlu siap 
    untuk menderita, siap untuk berkembang dan siap untuk berjuang dengan
     sungguh-sungguh.
    Ketiga, MENDOBRAK DIRI. Dalam mendobrak diri
    guna meraih kesuksesan ada lima hal penting yang perlu dimiliki, yaitu:
    1. Kecepatan bertindak; cerdas, cermat dan cekatan (3C). Orang yang mau
     
    berhasil adalah orang yang cepat bertindak. Setiap ada kesempatan harus
     
    bergerak cepat secara cerdas, cermat dan cekatan. Tidak cukup kalau hanya
     
    salah satunya saja.
    2. Berani mengambil resiko; gagal maupun sukses. Kita jangan takut gagal.
    3. Kekuatan komitmen. Dengan adanya komitmen untuk maju atau berkembang,
     
    maka kesuksesan akan diraih.
    4. Kekuatan kegagalan. Jika ingin sukses, maka harus tahan pada kegagalan.
    5. Kekuatan belajar. Semangat belajar harus tinggi. Jika kita setiap hari
     
    menjaga semangat belajar, itu merupakan kekuatan yang luar biasa. Orang yang
     
    mau sukses harus memiliki semangat belajar tinggi guna membentuk dirinya.
    Pada saat sudah menentukan target kita tidak boleh mundur, tidak bisa manja, tetapi hanya satu yaitu berani menghadapi apapun yang ada di depan sebagai
     suatu resiko. Untuk dapat mendobrak diri dan aktualisasi diri, kita harusmemiliki kualitas mental yang ?1/2 gila? untuk mengubah sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Orang berhak untuk menilai kita gagal apabila kita gagal, namun kita jangan memberikan kondisi bahwa kita gagal.
    Materi, nama harum, jabatan dan kekuasaan yang dimiliki tidak akan ada artinya, karena akan terkena hokum perubahan. Kekayaan sejati adalahkekayaan mental dan kekayaan yang paling luar biasa adalah kekayaan batin.
    Pribadi kitalah yang mendobrak diri untuk mengatur suasana di luar.
     Jika kita memiliki kelima hal tersebut tanpa semangat belajar, tidak mungkin kita bisa berkembang. Untuk itu kita harus memperkuat informasi untuk kemajuan kita. Tanpa filosofi kehidupan, tidak mungkin teori Sun Tzu dapat dijabarkan.
    Keempat atau yang terakhir, AKTUALISASI DIRI. Dalam hubungannya dengan
     
    aktualisasi diri ada lima hal yang hendaknya diperhatikan, yaitu:
    1. Profesionalisme. Dengan melakukan hal-hal yang bisa dan siap dijalankan
     secara professional dijamin akan sukses. Untuk dapat sukses, kita harus berjuang dan bekerja keras sebelum mengambil hikmah dan hasilnya.
    2. Kesempatan. Ada empat hal yang berhubungan dengan kesempatan ini,
     yaitu: tahu, tunggu, ciptakan dan manfaatkan kesempatan. Semua ini harus segera dilakukan secara cerdas, cermat dan cekatan.
    3. Koneksi. Tanpa koneksi dan pergaulan tidak mungkin dapat sukses. Untuk
     itu sikap bergaul ?menjadi orang? yang penting, dimana kita dapat bergaul secara fleksibel dengan siapa saja.
    4. Kekuatan meditasi dan doa. Setiap hari kita harus berlatih guna
     memperoleh ketenangan mental dan ketenangan pikiran sehingga muncul kekuatandari dalam mental. Dengan kekuatan doa akan memunculkan kekuatan yang ?tidak terlihat? tadi. Kesuksesan tidak akan mungkin tanpa polesan spiritual.
    5. Kekayaan mental; keteguhan hati. Kegagalan, rintangan, halangan dan
     kesalahan hanya dapat diatasi dengan keteguhan hati yang diperoleh darihasil proses belajar. Sikap keteguhan hati mengandung arti keyakinan, keuletan, kesabaran, konsistensi, dan semangat juang terus menerus tanpa henti sampai tercapainya apa yang diinginkan. Dengan memiliki dan mempraktikkan keteuhan hati di dalam perjuangan kehidupan, niscaya usaha dan perjuangan yang dilakukan akan menghasilkan prestasi dan kehidupan yanglebih cermelang.

  • Setelah empat proses yaitu mengenal diri, memposisikan diri, mendobrak diri
     
    dan aktualisasi diri; mungkin kita sudah mencapai suatu puncak keberhasilan;
     
    kita harus memiliki RASA PUAS DIRI dan BERSYUKUR.

    Terkadang saat sudah mencapai puncak kesuksesan; tanpa mengerti dan
     pengendalian diri akan tercipta keinginan dan kemauan baru yang lebih besar. Bahkan jika kurang terkendali, kita akan masuk dalam satu suasana keinginan yang besar sekali yaitu lingkaran keserakahan yang dapat menyebabkan penderitaan. Di sini keberhasilan yang akan mengendalikan kita, bukansebaliknya. Saat-saat demikian alangkah pentingnya kita yang mengendalikan keberjasilan. Untuk dapat mengendalikan kesuksesan dibutuhkan pengertian kehidupan yang setahap lebih baik, antara lain mulai belajar memiliki rasapuas diri, bukan rasa cepat puas diri.

    Memiliki rasa puas diri dan bersyukur karena kita sudah sampai pada
     tahap tertentu. Walaupun belum mencapai tingkat kesuksesan sebenarnya, perlu diistilahkan mental kita bahwa hari ini kita sudah berjuang dengan luar biasa dan mencapai tingkat sekian. Jika setiap hari kita bisa memoleskualitas mental kita dengan pengertian demikian, belum suksespun kita sudah menjadi manusia yang sukses.

    Untuk itu, mulai hari ini perlu ada semangat baru; pengendalian diri
     dengan pengertian yang benar dan memposisikan diri, mendobrak dan aktualisasikan diri. Karena kita tahu sukses bukan milik orang-orang tertentu, tetapi siapa saja yang menyadari, menginginkan dan memperjuangkan dengan sepenuh hati. Dan sedapat mungkin prestasi dan sukses yang kita ciptakan tidak sekadar sukses untuk diri kita, tetapi mampu mempengaruhi sekeliling kita bahkan yang lain agar bisa lebih berarti. Jika kesempatan dan kesuksesan yang diraih dapat seperti itu, inilah kesuksesan yang sejati; karena tidak hanya untuk kita, tetapi juga untuk banyak orang di sekeliling kita bisa merasakan kekuatan kesuksesan itu sendiri. Semoga kita dapat mempertahankan kulitas semangat luar biasa yang ada dalam diri kita untuk dapat mengembangkan diri dan meraih kesuksesan

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Edit by Reza Hadiwijaya